Riny Handayani
Architecture Traveller
Senin, 28 Januari 2013
Senin, 23 April 2012
LAWANG SEWU
The Pearl in the Heart of Central Java
Sekilas tentang Lawang Sewu, sebuah warisan budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
Menempati lokasi lahan seluas 18.232 m². Terletak di Jalan Pemuda (di sekitar Tugu Muda),
merupakan perempatan Jalan Pandanaran, Jalan Dr. Soetomo dan Jalan
Soegijapranata, Semarang.
Gedung Lawang Sewu dibangun secara
bertahap sejak tahun 1908 (lihat buku Dokumen Konservasi Bangunan dan
Lingkungan, Bappeda kota Semarang, 1988). Pada tahun 1920 bangunan tersebut
digunakan sebagai kantor pusat Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij yang
merupakan salah satu dari kantor-kantor modern pertama yang didirikan di
Indonesia. Perencananya adalah Klinkkamer dan Quendaag dari Belanda, dengan
gaya neoklasik yang dibuat agak berbeda dari jamannya. Setelah jaman kemerdekaan
RI, fungsinya diambil alih oleh Angkatan Darat, digunakan sebagai Kantor Badan
Prasarana KODAM IV Diponegoro. Namun secara administrasi milik PT. Kereta Api
(dulu PJKA). Setelah markas KODAM pindah ke Watu Gong, gedung ini kembali
dikelola oleh PT. Kereta Api, dan sering digunakan untuk ajang kegiatan
pameran. Lawang Sewu ini masih terdaftar sebagai salah satu bangunan
kuno/bersejarah yang tertuang dalam Surat Keputusan Wali Kota No 646/50/1992
dengan kategori A, dan termasuk dalam daftar inventaris Kanwil Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dengan nomer 01.12.354
(sekarang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng). Posisinya
bersebelahan persis dengan tempat belanja DP Mal dan berdekatan pula dengan
’Pusat Oleh-Oleh’ di Jalan Pandanaran. Lokasi Lawang Sewu pun masuk sebagai
kawasan pusat bisnis utama Semarang. Akses ke stasiun dan ke bandara juga
terbilang dekat.
Saat itu arsitek yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain
adalah Ir. P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain A 387
Ned. Ind. Spoorweg Maatschappij yang dibuat Februari 1902, A 388 E Idem
Lengtedoorsnede bulan September 1902, dan A 541 NISM Semarang Voorgevel
Langevlenel yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di
Amsterdam.
Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu
belum dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di
Delft dan BJ Oudang untuk membangun gedung NIS di Semarang dengan mengacu
arsitektur gaya Belanda.Tahun 1863-1877 (yang
terbangun hanya sebagian saja dan belum resmi digunakan). Tahun 1908-1913
(pembangunan secara intensif). Resmi digunakan 1 Juli 1907.
Secara umum gedung
Lawang Sewu tidak memiliki simbol yang penting namun bila ditinjau dari skala
kota atau wilayah keberadaan gedung yang terletak di tengah-tengah Kota
Semarang ini, keberadaannya sangat berarti bagi pembentukan citra lingkungan
dan mampu tampil sebagai “landmark” bagi Kota Semarang. Keseluruhan gedung ini
merupakan karya yang sangat indah sehingga dijuluki “ Mutiara dari Semarang “.
Mengingat begitu berartinya bangunan ini dimasa lalu dan masa sekarang, maka pemerintah kota melakukan revitalisasi terhadap bangunan ini untuk meningkatkan kegunaannya. Baik terhadap bangunan itu sendiri maupun untuk perekonomian disekitarnya.
Setidaknya hal ini dapat memberi contoh nyata kepada pemerintah daerah lain utamanya Pemerintah Kota Makassar, bahwa bangunan tua yang merupakan peninggalan masa lalu biarlah tetap menjadi ciri khas kota itu sendiri. Jangan mengubahnya untuk fungsi selain daripada yang sudah ditetapkan, apalagi untuk menghilangkan jejaknya.
Minggu, 18 Desember 2011
THE GROOVE - KATAKAN DENGAN CINTA.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - Halim Firdaus
THE GROOVE - KATAKAN DENGAN CINTA.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - Halim Firdaus: THE GROOVE - KATAKAN DENGAN CINTA.mp3
Langganan:
Postingan (Atom)